watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Ray sang petualang

Kenalkan, namaku Ray. Umurku 22
tahun, dan kuliah di sebuah universitas
yang lumayan terkenal di Surabaya. And
so on, aku akan berusaha mengenalkan
siapa diriku dengan cara yang semoga
bisa membuat kalian lumayan "berdiri",
hohohoho.
Aku mengenal yang namanya wanita
sejak kecil, kakakku seorang wanita,
kedua adikku wanita, ibuku wanita,
hehehe… dan pembantuku juga seorang
wanita. Kuakui segala kenakalanku waktu
aku kecil. Aku suka mengintip
pembantuku waktu mandi, melihat
mereka menyabuni "susu"-nya, dan
terkadang melenguh saat jari-jarinya
menggosok kemaluannya. Dan saat aku
duduk di bangku kelas satu SMP, aku
pertama kali mengerti yang namanya
ejakulasi, ketika secara tak sengaja aku
menggesek-gesekkan batang
kemaluanku ke lantai sambil mengintip
lipatan kemaluan pembantuku yang
sedang tidur dari celah di bawah pintu,
konyol… tapi kuakui itu. Aku mencoba
merangsang diriku setiap hari dengan
memakai BH kakakku, melipat batang
kemaluanku ke dalam pahaku, dan
menggesek-gesekkannya ke guling
sambil tiduran. Oh, aku belum tahu yang
namanya persetubuhan, hanya saja
perbuatan itu membuatku merasa enak,
apalagi ketika ejakulasi.
Aku mengenal yang namanya
masturbasi dari teman-teman, dipegang,
terus di tarik begini… begitu… dan
memang enak sekali, jadi aku mulai
menggunakan tanganku saat mengintip
dan menikmati bulu-bulu kemaluan
pembantuku saat mandi. Mungkin yang
paling berkesan ialah ketika aku
mengintip kakakku sendiri (hohoho)
lewat celah jendela, setelah dia mandi
dan masuk kamar. Ahh, kuintip dia
melepas handuknya, mengagumi dirinya
di depan cermin. Ohh… baru kali ini
kulihat tubuh dewasa kakakku (yang
kebetulan memang cantik, banyak
penggemarnya), selain kenangan masa
kecil saat kami masih oke-oke saja mandi
bersama. Tanpa terasa kupegangi
kemaluanku yag menegang saat ia
berbaring di tempat tidur, memegangi
puting-puting susunya, dan mengangkat
kepalanya saat ujung batere itu bergerak-
gerak di lubang kemaluannya. "Hkk…
nngg…" kunikmati setiap gerakannya,
sambil menggoyangkan batang
kemaluanku dan menarik-nariknya.
Ahhh… kutarik napas lega dan kuseka
keringat dingin penuh dosa di pelipisku
ketika aku ejakulasi, seiring dengan
turunnya pantat kakakku yang
sebelumnya mengejang-ngejang tak
karuan.
Semenjak saat itu, aku menjadi ketagihan
untuk bermasturbasi, mungkin tiga-
empat kali sehari. Dan pergaulanku
dengan teman-temanku memberikan
kesempatan bagiku untuk menikmati
adegan porno dari video (beta), yang
entah dari mana kasetnya. Sehingga
imajinasiku menggila setiap melakukan
masturbasi. Tanpa kusadari mungkin
aku perlahan menjadi seorang maniak
seks. Lagi pula itu julukan teman-teman
yang mengenalku sekarang, hohoho…
penjahat kelamin?
Akhirnya aku berhasil mengujinya ketika
aku berkenalan dengan seorang cewek
cantik bernama Enni, saat itu aku kelas
tiga SMP. Perkenalanku dengan gadis
cantik itu mendapat berbagai halangan,
baik dari teman-teman (yang sirik),
keluarga kami (karena perbedaan religi),
dan tentu saja para sainganku (kebetulan
Enni sendiri adalah seorang cewek idola).
Hohoho.. masih kuingat saat sepatunya
mendadak terlempar ke kepalaku saat
sedang enak-enak duduk, sakit memang,
tapi toh ada manfaatnya, hehehe. Jadi,
aku berkenalan dengannya. Kami
mengakrabkan diri dan aku sempat
merasa sangat bangga ketika akhirnya ia
menerimaku menjadi kekasihnya, saat
itu bertepatan dengan pembagian STTB,
hehehe. Dan yang paling
menggembirakan, ternyata aku satu
SMU dengannya, dan satu kelas pula,
alamak! Betapa beruntungnya aku.
Kami berdua masih sama-sama polos
dalam hal bercinta, mungkin itu yang
membuat segalanya menjadi mudah.
Dalam tempo tiga bulan aku berhasil
mencium bibirnya, eh… enak dan
lembut. Itu ciumanku yang pertama,
hahaha… bergetar.. bergetar. Bayangan
akan kelembutan bibirnya membuatku
terangsang setiap malam, semakin liar
menggosokkan kemaluanku ke guling,
membayangkan tubuhnya yang tanpa
pakaian menggeliat seperti di film porno
saat kumasukkan batang kemaluanku ke
dalam lubang kemaluannya, ahh…
ahhh… ahh….. kurasakan aku hampir gila
karena nafsuku. Lalu, dengan sembunyi-
sembunyi kunaiki mobil papaku, dan
kuajak dia berputar-putar keliling kota,
hanya sebentar-sebentar, dan tentu saja
aku berkompromi dulu dengan sopirku.
Akhirnya aku mendapat "SIM-beli"
setelah merengek-rengek setengah
mampus di kaki papaku. Dan aku mulai
mengatur rencana bagaimana aku bisa
menikmati tubuh kekasihku, daripada
hanya bibirnya, lagipula batang
kemaluanku menuntut terus tiap waktu.
Jadi pertama kuajak ia berputar-putar
sekeliling kota, alasannya untuk
merayakan SIM-ku. Dan kucoba
mencium bibirnya di dalam mobil ketika
kami berhenti di sebuah jalan raya, eh…
dia tidak menolak. Yah, sebuah petanda
yang bagus… oke. Beberapa hari
kemudian, aku mulai agresif
mengajaknya jalan-jalan, sampai
akhirnya aku berani mengajaknya ke
jalan tol di sebuah malam Minggu. Kami
berhenti di peristirahatan tol Surabaya-
Gempol. Kumatikan mesin, dan kucium
bibirnya yang lembut. Ia sama sekali
tidak meronta ketika aku meremas-
remas buah dadanya yang lumayan
besar di telapak tanganku, dan ketika
kubuka bajunya, menelanjangi bagian
atasnya, alangkah nikmat kurasakan
menciumi puting susunya yang kecil
yang kencang, nafasnya yang melenguh
dan mengerang menambah kenikmatan
yang kurasakan, "adikku" berdiri tegak
siap tempur, tapi kutahan saja, karena
aku takut ia akan menamparku jika aku
melangkah terlalu jauh. Jadi kugesek-
gesekkan saja kemaluanku ke pinggiran
kursi sampai ejakulasi. Dan selama itu dia
tidak menolak sama sekali, bahkan
terkesan pasrah dan menikmati. Dia
bahkan sempat memberi wanti-wanti,
"Ray… jangan cerita-cerita okay?" Oh…
tentu tidak dengan menggunakan
namanya dan namaku yang asli,
hohoho.
Nah, hari-hari berikutnya, karena ia tidak
pernah menolak, jadi aku pun mulai
berani melepaskan baju atasku,
menikmati kehangatan dadanya di
dadaku sambil menciumi bibir dan
telinganya. Mmm… enak sekali kurasakan
saat itu. Kami mulai biasa melakukan
embracement di rumahnya, rumahku,
dalam mobil dan dimanapun tempat
yang kami bisa. Sampai akhirnya kami
kelas 2. Saat itu aku mulai mengenal
yang namanya pil "koplo", dan karena
aku anak band, jadinya pil setan itu
menjadi konsumsi wajibku sebelum
manggung, ah kurindukan saat-saat
"sakauw". Efeknya, aku menjadi lebih
liar, lagipula Enni sama sekali tidak tahu
aku mengkonsumsi obat-obatan. Dia
hanya bingung melihat prestasiku yang
melorot 23 peringkat saat cawu 1, dan
kubilang saja karena papa dan mama
ribut melulu. Toh dia percaya.
Suatu saat, ketika kami pulang sekolah
(siang), kuajak dia mampir di Wendy's.
Kami makan, dan kemudian seperti biasa
berputar-putar mencari tempat.
Akhirnya aku memberhentikan mobilku
di sebuah jalanan yang lumayan sepi di
dekat Kenjeran. Ah, aku sih bersyukur
saja karena kaca mobilku gelap,
hehehe…. jadi, kubuka baju dan
behanya, menikmati puting-puting
"susu"-nya seperti biasa, sambil sesekali
meremas dan menggigit. Nafasnya
mendengus-dengus. Kuajak ia pindah ke
bangku belakang. Enni menurut saja.
Kuteruskan hisapanku di "susu"-nya, dan
ketika kumasukkan tanganku ke dalam
roknya, ia hanya diam dan mengeluh.
Kutarik celana dalamnya ke bawah,
sambil kuciumi bibirnya yang terbuka.
Enni mengerang lirih saat kusentuh
kemaluannya yang basah. Aku berusaha
mendudukkan diriku di sebelahnya,
mengangkat roknya dan membuka
pahanya, untuk yang pertama kalinya
aku melihat kemaluan seorang wanita di
depan mataku, bentuknya indah sekali,
berbeda dengan yang di film-film porno.
Kulihat wajahnya memerah dan
matanya memandangku bertanya-tanya.
"Aku tahu bagaimana membuatmu
enak…" bisikku lirih sok tahu. Kulihat Enni
hanya diam saja, jadi kutahan pahanya
ke sandaran jok belakang, dan kuletakkan
telapak tanganku menutupi liang
kemaluannya. Enni mengerang-erang
saat kugosok-gosok bibir kemaluannya
dengan telapak tanganku, "Ahhh.. hahh…
ahhh…" aku juga semakin bernafsu,
persis seperti di film, pikirku saat itu.
Hanya saja, untuk menjilat aku belum
berani, jijik.
Jadi kuteruskan saja menggosok-gosok
kemaluannya, terkadang cepat,
terkadang lambat, "Ahhh… ahh… khh…
hhh…" Enni mengerang-erang,
tangannya menjambret kain bajuku
yang terbuka, menarik-nariknya.
"Aaahh…" kurasakan tanganku sangat
basah, pahanya bergerak-gerak
membuka dan menutup. Aku pun
menghentikan tanganku sejenak, melihat
dan menikmati wajahnya yang
memerah dan nafasnya yang terengah-
engah. Eh… dia malah berkata, "Gantian.
Aku ingin lihat punya kamu!" Oh God,
hahahaha… sure, dan kubuka celanaku
berikut celana dalam yang menempel di
pantatku. Enni memperhatikan dengan
seksama "burung"-ku yang tegang dan
bergerak-gerak di depannya. "Duduk…"
kataku sedikit memerintah. Kugamit
jemarinya dan kuletakkan di batang
kemaluanku, Enni memegangnya tapi dia
diam saja, "Salah… Begini loh!"
kutunjukkan cara melakukan masturbasi
padanya, dan… damm it! it feels soo
good. Kurasakan telapak tangannya
menggenggam batang kemaluanku dan
menarik-nariknya, enak. Kumasukkan
lagi tanganku ke dalam roknya,
membuka pahanya dan menggosok
bibir kemaluannya, "Ahh… hhh… uhhh…
ahhh…" kami mengerang dan mengeluh
bersamaan, kucium bibirnya dan
merasakan lidahnya bergerak liar. "Ahh…
mmm… hhh… ahhh… enak sekali…"
kugerak-gerakkan pantatku ke depan
memberi respon pada gerakan
tangannya dan akhirnya spermaku
keluar mengenai sandaran kursi. Kami
terdiam sejenak, melihat cairan kental
putih yang menempel di kain sandaran
kursi di depan kami. "Iyakh…" kudengar
ia berkata dan kami sama-sama tertawa.
Kukecup bibirnya, mengambil tissue
untuk membersihkan tangannya dan
kain pembungkus sandaran kursi itu
tentunya. Lalu kami pulang.
Hari-hari berikutnya kami semakin sering
melakukan hal serupa di tempat-tempat
yang sudah kusebutkan di atas, oh jalan
tol merupakan tempat idola kami,
hehehe. Aku semakin tenggelam dalam
kenikmatanku terhadap obat-obatan, aku
mulai mengenal heroin, yang sangat
nikmat apabila ditorehkan dalam luka-
luka sayat di tanganku, dan juga valium,
yang menimbulkan bekas bintik-bintik
hitam di pangkal lenganku. Ah, akhirnya
Enni curiga melihat keaktifanku yang
semakin liar di group bandku, dan
kondisi tubuhku yang mengurus,
pelajaranku yang selalu kuakhiri dengan
tidur. Dan itulah yang memacunya untuk
meninggalkanku dan beralih ke lelaki lain
yang sudah kuliah. Hal itu dilakukannya
saat aku berangkat ke New York selama
tiga bulan untuk studi banding (kebetulan
aku lumayan jago dalam sastra Inggris).
Waktu aku mengetahuinya aku sempat
mengamuk habis, hampir saja aku ke
kampus si cowok untuk menawurnya
bersama teman-temanku, namun
kubatalkan mengingat betapa konyolnya
aku untuk marah hanya gara-gara
seorang wanita. Jadi kuputuskan untuk
pulang perang dengan membawa oleh-
oleh berharga. Kutelepon ke rumahnya,
memintanya sudi menemuiku untuk
yang terakhir kalinya. Enni menemuiku
malam itu, dan langsung kucium
bibirnya sambil membisikkan kata-kata
kerinduan dan betapa aku tak sanggup
kehilangan dia, dan mungkin karena
kenangan berseksual-ria denganku (atau
mungkin karena aku cinta pertamanya)
membuatnya pasrah saat kupegangi
payudaranya dan meremas-remas
kemaluannya dari lapisan celana
ketatnya. Ah, kebetulan saat itu kedua
orangtuanya sedang berangkat
menghadiri pernikahan, sedangkan
kakaknya saat itu sudah kembali ke
Bandung untuk menyelesaikan
kuliahnya, jadi aku merasa bebas-bebas
saja. Jadi kurangsang dia dengan
segenap kemampuanku, kubelai buah
dadanya dengan lembut, menciumi
wajahnya, lehernya tengkuknya,
memasukkan jariku ke dalam celananya,
memainkan liang kemaluannya di jariku,
membuat nafasnya memburu dan
terengah-engah, "Ahhh… ahh… uh…
nggg…" aku merasakan nafsuku mulai
naik ke ubun-ubun ketika tangannya
menyelip di lipatan celanaku dan
bergerak-gerak di batang kemaluanku
yang menegang hebat.
Aku cukup kaget ketika tiba-tiba ia
melepaskanku, menangis, aku bingung.
Lalu ia bangkit berdiri, menuju ke ruang
tengah rumahnya dan telunjuknya
memanggilku mengikutinya. Oh God,
hohohoho. Kami bergulingan di tempat
tidurnya yang lebar, kuciumi seluruh
wajahnya, lehernya, kupingnya,
dagunya, dan kuhisap puting "susu"-nya
penuh nafsu, kuangkat pakaiannya
melewati kepalanya, "Ahh.. uhh…
argg…" kurasakan kenikmatan batang
kemaluanku menekan-nekan liang
kemaluannya dari balik baju kami.
Kubuang BH-nya entah kemana. Kubuka
bajuku, menempelkannya di
payudaranya, merasakan kenikmatan
dan kehangatannya. Kuciumi bibirnya
dengan lebih bernafsu. Kuraih celana
ketatnya yang pendek dan kutarik,
kulepas berikut celana dalamnya,
kupegangi dan kuraba kemaluannya
yang basah. Pahanya bergerak-gerak
menggesek-gesek batang kemaluanku
yang masih terbungkus, dan kubuka
celanaku cepat-cepat. Kurasakan paha
telanjangnya menekan batang
kemaluanku. Tangannya meraih batang
kemaluanku dan memainkannya dengan
gerakan yang membuatku terengah-
engah menahan nikmat, "ahhh… ahh…
ahh…hh…" akhirnya kuangkat tubuh
telanjangku ke atasnya, dan
menempelkan batang kemaluanku di
liang kemaluannya. "Ahhh… gila…
kenikmatan ini… ahhh…" kudengar ia
menyebut-nyebut namaku dengan lirih
ketika pinggulku bergerak-gerak dan
menggesek bibir-bibir kemaluannya ke
atas dan ke bawah, ahh.
Kucium bibirnya dengan lebih bernafsu,
kujatuhkan seluruh tubuhku
menindihnya, merasakan tekanan buah
dadanya yang berkeringat di kulitku,
kugoyang-goyang pinggulku ke atas dan
ke bawah, "Ahhh.. ahh.." ke samping ke
depan, "Aahh… ah.. ah…" merasakan
setiap kenikmatan gesekanku dan
pelukan pahanya di pantatku setiap aku
bergerak ke samping, "Ahk.. ahk…"
Akhirnya kubenamkan bibirku di bibirnya
dan menekan pantatku sekuat tenaga
ketika nafsuku tak terkontrol lagi dan
menyemburkan spermaku melewati dan
membasahi permukaan perutnya,
Ahhh.. hah…" nafasku terengah-engah
penuh kenikmatan, pelukannya
mengencang di punggung dan
pinggangku. Pantatnya menekan batang
kemaluanku kuat-kuat. "Aahh…
nikmatnya…" baru kali ini kurasakan
nikmatnya melakukan petting.
Aku bangkit berdiri, memakai pakaianku
yang berserakan di lantai, dan
membantunya berpakaian, lalu
melangkah kembali ke ruang tamu.
"Ray.. jangan teruskan memakai obat-
obatan…" Aku mengangguk. Dan itulah
kata terakhir yang kudengar dari bibirnya
sesaat sebelum kurelakan dia pergi dari
sisiku. Dengan perjuangan yang keras
selama beberapa minggu, aku berhasil
menghentikan kecanduanku pada obat-
obatan di sebuah pusat rehabilitasi di
Lawang. Memang, setelah ia sudah
menjadi pacar orang lain, yang notabene
direstui orangtuanya. Namun tak jarang
kami melakukan pertemuan rahasia dan
melakukan petting. Namanya juga cinta
pertama.
Sampai akhirnya ia mambantuku
menembus UMPTN, dan jarak kami
terpisah sangat jauh sekarang. Ahh Enni,
selalu mulutku mendesah mengingat
kenangan cinta pertamaku. Terakhir aku
berjumpa dengannya Januari 2000, kami
melakukan petting lagi di sebuah wisma
di kota dimana ia kuliah. Sampai
sekarang, aku belum menemuinya lagi.
Mungkin kalau ketemu… hohohoho… ah,
kekasihku, cintaku. Tapi pengalaman-
pengalaman seru dengannya
membuatku ketagihan setengah mati,
dan bayangkan saja jika aku harus
menunggu setahun sekali untuk petting,
woah… what a waste of time.. huh? Jadi
aku mulai meningkatkan kelasku menjadi
perayu wanita.
Hampir dua kali seminggu aku
melakukan petting, bukan bersetubuh
tentunya, karena aku masih cari selamat
dan aku paling benci yang namanya
perek atau pelacur, hanya bawa
penyakit. Oh… aku kehilangan
keperjakaanku saat aku melakukan
hubungan dengan seorang gadis
pecandu sabu-sabu yang kujumpai
sedang menangis di pinggir jalan karena
ditinggal teman-temannya ke diskotik.
Wah… lagi-lagi aku beruntung, ketika ia
mengajakku bercinta, aku
mengiyakannya karena sekedar kepingin
tahu dan ternyata si gadis itu masih
PERAWAN! Oh God, mercy on me, saat
kulihat noda darah berceceran di
kasurku, hohohoho… dalam keadaan
"fly" mungkin ia tak sadar mengajakku,
orang yang baru ia kenal untuk bercinta
hahaha… dan kuantar dia pulang ke
sekitar wilayah makam Banteng, masih
dalam keadaan bingung. Jahat memang,
tapi masih sempat kuhadiahkan sebuah
kecupan di keningnya. Sejak itu aku
memutuskan untuk tidak berhubungan
seksual dulu, karena rasanya toh begitu-
begitu saja, benar seperti kata orang,
yang enak itu pemanasannya, hahaha,
lagipula aku sudah pernah mencicipi
perawan, hehehe… dan enak gila, jadi
aku berambisi mendapat perawan
sebanyak mungkin tanpa ha


Adult | GO HOME | Exit
1/741
U-ON

inc Powered by Xtgem.com